I. Judul : Dampak Penggunaan Natrium Benzoat pada Makanan dan Minuman Kemasan Terhadap Kesehatan.
II. Pendahuluan:
A. latar belakang masalah
Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan dan minuman semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran.
Proses pengawetan dengan natrium benzoat telah lama dikenal dan digunakan oleh manusia, teknologi berjalan seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan adanya ketersediaan pangan. Secara umum makanan dan minuman di alam mempunyai masa penyimpanan (Shelf life) yang pendek atau relatif cepat mengalami kerusakan sehingga diperlukan upaya-upaya untuk dapat memperpanjang masa penyimpanan. Masa penyimpanan (Shelf life) berbeda dengan masa kadaluarsa, makanan yang telah melewati masa penyimpanan mungkin masih bisa dikonsumsi namun kandungan nutrisi sudah tidak terjamin. Pengawetan makanan dan minuman bisa diartikan sebagai suatu proses untuk menjaga keberadaan nutrisi pada makanan sehingga makanan masih dapat dikonsumsi dengan aman pada waktu yang lama dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sesuai perkembangan zaman, manusia tidak hanya mengkonsumsi makanan dan minuman dalam bentuk segar (fresh) tapi juga dalam bentuk bahan olahan. Munculnya produk olahan lebih didasari pada keinginan manusia untuk mencoba hal-hal baru atau untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan aktifitas pada masa modern. Maka muncullah produk-produk seperti biskuit, daging/ikan kaleng, susu, soft drink dan lain-lain, beberapa produk soft drink memiliki masa kadaluarsa (expired date) sampai satu tahun. Oleh karena itu proses pengawetan sudah tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Sehingga banyak penyakit yang disebabkan akibat menkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung Natrium Benzoat seperti kanker dan gangguan pencernaan.
Sehubungan hal tersebut, maka dibuat sebuah makalah yang berjudul “Dampak Peggunaan Bahan Pengawet (Natrium Benzoat) Pada Makanan dan Minuman Kemasan Terhadap Kesehatan.”
B. Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana peran natrium benzoat dalam makanan dan minuman kemasan ?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian natrium benzoat sebagai bahan pengawet dalam makanan dan minuman kemasan ?
3. Bagaimana cara menanggulangi dampak yang diakibatkan oleh pemakaian bahan pengawet natrium benzoat ?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam memilih makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui peran natrium benzoat dalam makanan dan minuman kemasan.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian natrium benzoat sebagai bahan pengawet dalam makanan dan minuman kemasan.
3. Memperoleh cara penanggulangan terhadap dampak yang diakibatkan oleh bahan pengawet natrium benzoat pada makanan dan minuman kemasan.
4. Mengetahui langkah-langkah dalam memilih makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi.
III. Perspektif teori
Sejak awal 1900-an, natrium benzoat telah digunakan sebagai pengawet makanan. Hal ini digunakan dalam berbagai aplikasi pengawet karena aksi antimikroba yang dikombinasikan dengan toksisitas rendah dan rasa rendah. Dari dan non-karbonasi minuman bersoda, buah dan jus buah, sirup, buah zaitun, acar dan lain natrium benzoat bumbu yang banyak digunakan dalam sejumlah produk yang kita konsumsi melalui penggunaan sehari-hari. Oleh karena itu, wadah harus tetap tertutup saat tidak digunakan. Ini akan mudah larut dalam air, membentuk berwarna, solusi transparan. Umumnya, natrium benzoat terdaftar sebagai GRAS (umumnya diakui sebagai aman) oleh FDA AS saat digunakan sebagai agen antimikroba atau sebagai bahan penyedap dan tambahan dalam tingkat tidak melebihi praktek manufaktur yang baik (GMP) (Faisal M, 2010).
Natrium benzoat adalah senyawa yang digunakan sebagai pengawet dalam bentuk garam, dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, Mudah larut di dalam air dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar serta Sukar larut di dalam etanol dan lebih larut dalam etanol 90%.
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat atau Natrium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirup buah dan lainnya (Puspitasari R., 2011).
Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang optimum pada pH 2,5-4,0 serta menghambat pertumbuhan kapang dan khamir (Nurcahyani, 2005).
Struktur Natrium benzoat : C7H5NaO2 .
(Wikepedia, 2012).
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut (Kastanya, 2008).
Mekanisme pengawetan dimulai dengan penyerapan asam benzoat ke dalam sel. Jika pH intraseluler perubahan 5 atau lebih rendah, fermentasi anaerob dari glukosa melalui fosfofruktokinase ini mengalami penurunan sebesar 95%, sehingga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikro-organisme yang menyebabkan pembusukan makanan (Wekipedia, 2012).
Natrium benzoat telah digunakan secara luas pada berbagai produk pangan seperti minuman, produk bakeri, dan makanan lain (Tabel 1). Asam benzoat juga digunakan sebagai pengawet dalam industri kosmetik dan farmasi. Umumnya, natrium benzoat dengan konsentrasi 0.1%-0.5 % digunakan pada kosmetik, sedangkan dalam industri farmasi digunakan konsentrasi 0.05%-0.1% (Chipley 2005). Asam benzoat juga dapat digunakan untuk mengontrol penyakit pascapanen pada berbagai buah dan sayur. Asam benzoat dan turunannya telah disarankan untuk digunakan sebagai fungisida, khususnya terhadap A. flavus pada kacang.
Tabel 1. Konsentarsi Natrium Benzoat dalam berbagai produk
Menurut FDA, benzoat hingga konsentrasi 0.1 % digolongkan sebagai ’generally recognized as safe’ (GRAS). Di negara-negara selain Amerika Serikat, natrium benzoat digunakan hingga konsentrasi 0.15% dan 0.25%. Batas European Commision untuk asam benzoat dan natrium benzoat adalah 0.015-0.5%. Di Indonesia, penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat telah diatur dalam SNI 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan yang kadarnya berkisar dari 0.06 %-0.1 %. Batas maksimum penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat pada berbagai jenis makanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas Maksimum penggunaan Natrium Benzoat Di Indonesia
Sodium benzoate ditambahkan ke banyak makanan dengan pH 4,5 atau lebih rendah seperti acar, saus tomat, dan minuman ringan. Hal ini juga ditambahkan ke obat kumur, pasta gigi, krim, lotion dan produk kosmetik lainnya di mana sebagian kecil dapat diserap melalui kulit. Meskipun peraturan hanya mengizinkan dalam jumlah yang sedikit dari natrium benzoat yang ditambahkan dalam makanan dan minuman, namun efek dari dosis natrium benzoat dari waktu ke waktu tidak dapat diketahui. Karena melihat fenomena yang ada, berapa banyak natrium benzoat yang dikonsumsi setipa individu dalam sehari yang dapat menyebabkan penumpukan natrium benzoat dalam tubuh, yang pada akhirnya akan mengganggu kesehatan.
Profesor Peter piper seorang ahli biologi molekuler di Universitas Sheffield menemukan bahwa natrium benzoat merusak DNA mitokondria dari sel ragi (Mitokondria adalah elemen yang mengambag bebas dalam sel dengan beberapa fungsi saling berkaitan dengan metabolisme sel dan penuaan sel). Salah satu bahaya kanker diketahui ada hubungannya dengan natrium benzoat (Anonim, 2011).
IV. Sistimatika penulisan
Sistematika dari penulisan makalah ini yaitu:
I. Natrium Benzoat dalam Makanan dan Minuman Kemasan
II. Dampak Yang Ditimbulkan
III. Penanggulangan Terhadap Dampak Pemakaian Natrium Benzoat
IV. Langkah Memilih Makanan yang Aman untuk Konsumsi
V. Sub judul
1. Natrium Benzoat dalam Makanan dan Minuman Kemasan
Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, mengindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Natrium benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Banzoat, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDA dan telah digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur). Benzoat merupakan pengawet organik yang berfungsi sebagai bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikrobia (anti mikrobia) (Mardiono, 2012).
Berdasarkan hasil riset, hampir semua Mie Instant seperti Indomie, Mie Sedap dan Sarimi menggunakan bahan pengawet Natrium Benzoat. Garam Natrium Benzoat merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan secara luas pada bahan makanan yang bersifat asam. Bahan ini efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 - 4.0. US FDA (Food Drug Administration) memuat pengawet benzoat dalam sebagai kategori aman atau GRAS (generally recognized as safe). Penggunaan pada produk makanan diperbolehkan tidak melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm.
Penggunaan pengawet tersebut harus mengikuti takaran yang
dibenarkan. Upaya produsen ( pelaku usaha) dalam memberikan perlindungan konsumen sehubungan dengan penggunaan bahan pengawet pada makanan adalah dengan memenuhi ketentuan tentang pengaturan penggunaan pengawet terhadap produk makanannya. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang benar, diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan penggunaan zat yang mengandung bahaya.
Penambahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik tidak dilarang pemerintah. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan pengawet dengan ukuran sesuka hati, karena bahan pengawet tersebut akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rohadi dan tim peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Semarang, yang melaporkan bahwa mayoritas saos tomat mengandung pengawet (benzoat) yang melebihi standar mutu yang ditentukan (1000 mg/kg), yaitu berkisar 1100 – 1300 mg/kg. Oleh sebab itu maka pada diskusi ilmiahnya dihimbau agar masyarakat berhati-hati mengkonsumsi saos tomat. Apabila tubuh mengkonsumsi bahan pengawet ini secara berlebih, dapat mengganggu kesehatan, terutama menyerang syaraf (Rohadi, 2002). Alimi telah melakukan penelitian tentang pemberian natrium benzoat kepada tikus mencit selama 60 hari secara terus menerus dan dilaporkan bahwa pada pemberian benzoat dengan kadar 0,2% menyebabkan sekitar 6,67% mencit putih terkena radang lambung, usus dan kulit. Sedangkan pada pemberian kadar 4% menyebabkan sekitar 40% tikus mencit menderita radang lambung dan usus kronis serta 26,6% menderita radang lambung dan usus kronis yang disertai kematian (Alimi, 1986 di dalam Siaka I.M).
Jadi sekarang mengapa dimasukkan ke dalam makanan? Ini adalah penghambat jamur yang termurah di pasar, sehingga itu semua tentang uang. Makanan asam cenderung tumbuh bakteri, jamur dan ragi lebih mudah daripada non-asam makanan, sehingga natrium benzoat memperpanjang kehidupan makanan, sementara itu lebih pendek kehidupan manusia.
2. Dampak Yang Ditimbulkan
Menurut Nova (2007), meski kandungan bahan pengawet natrium benzoat umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus menerus akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Penggunaan pengawet tersebut dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Efek samping lain yang bisa timbul adalah odema (bengkak) akibat dari retensi (tertahannya cairan dalam tubuh) dan biasa juga karena naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium.
Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris terhadap bahan pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan menyatakan bahwa natrium benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini dikemukakan oleh Pete Piper (professor bidang biologi molekuler dan bioteknologi) yang telah meneliti natrium benzoat sejak 1999. Ia pernah menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang akhirnya menemukan bahwa substansi tersebut (Natrium Benzoat) dapat merusak DNA mithokondria pada ragi. Di dalam tubuh, mitokondria berfungsi menyerap oksigen untuk menghasilkan energi. Dan nila rusak, seperti terjadi pada sejumlah kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami kegagalan fungsi yang sangat serius. Sehingga dalam tubuh akan terjadi kerusakan DNA di dalam motokondria. Natrium benzoat dalam tubuh pada tingkat sel DNA dengan mencabut sel mitokondria oksigen, kadang-kadang benar-benar menutup mereka turun. Sama seperti manusia membutuhkan oksigen untuk bernapas, sel membutuhkan oksigen untuk berfungsi dengan baik dan untuk melawan infeksi, termasuk kanker. Dan ada sejumlah penyakit dimana yang sekarang dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan beberapa penyakit akibat degenerasi saraf.
Dampak natrium benzoat pada minuman isotonik, maupun minuman-minuman ringan lainnya adalah kanker. Hal terebut dikarenakan vitamin C (asorbic acid) yang ditambahkan dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium benzoat menghasilkan benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan dapat menyebabkan kanker (Avicenna, 2008).
Para ilmuwan telah menyerukan US Food and Drug Administration untuk menguji ulang potensi bahaya dari natrium benzoat dan asam sitrat dalam minuman ringan, karena tes membuktikan keamanan yang cukup tua. Untuk sementara, mungkin saja ide yang baik untuk setidaknya mengurangi jumlah minuman ringan yang Anda konsumsi, dan terutama untuk membatasi konsumsi minuman ringan untuk anak-anak. Sehingga dapat mengurangi racun dalam tubuh (Faisal M., 2010).
Berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiperaktif, sariawan, kencing terus-menerus serta penurunan berat badan. Untuk asam benzoat dan natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
Benzoat memiliki toksisitas yang rendah terhadap manusia dan hewan karena manusia dan hewan memiliki mekanisme detoksifikasi. Benzoat diabsorbsi dari usus halus dan diaktivasi melalui ikatan dengan CoA untuk menghasilkan benzoyl coenzyme A. Selanjutnya benzoyl coenzyme A berkonjugasi dengan glisin dalam hati untuk membentuk asam hipurat yang kemudian dikeluarkan melalui urin (White et al. 1964 diacu dalam Chipley 2005). Tahap pertama dikatalisis oleh enzim synthetase; tahap kedua dikalatalisis oleh enzim acyltransferase. Keseluruhan reaksi dapat dilihat pada Gambar dibawah. Mekanisme ini mampu mengeluarkan sekitar 66-95 % asam benzoat. Sisa benzoat yang tidak dikeluarkan sebagai asam hipurat dapat didetoksifikasi melalui konjugasi dengan asam glukuronat dan dapat dikeluarkan melalui urine. Natrium benzoat berasal dari reaksi asam benzoat dengan natrium hidroksida, natrium benzoat sebenarnya adalah garam sodium dari asam benzoat. Sodium benzoat adalah aditif karsinogenik yang dikenal apabila dimakan atau diterapkan pada kulit, akan diangkut ke hati, di mana ia seharusnya disaring, dan diusir dalam urin, tapi kerusakan akan dilakukan sebelum proses itu selesai.
Gambar Proses Detoksifikasi Asam Benzoat (White et al. 1964 diacu dalam Chipley 2005)
Faktor pembatas dalam biosintesis asam hipurat adalah ketersediaan glisin. Penggunaan glisin dalam detoksifikasi benzoat menyebabkan penurunan kadar glisin dalam tubuh. Oleh karena itu, konsumsi asam benzoat atau garamnya mempengaruhi fungsi tubuh atau proses metabolik yang melibatkan glisin, sebagai contoh penurunan kreatinin, glutamin, urea, dan asam urat (WHO 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Hauschildt et al. (1983), menunjukkan bahwa pemberian benzoat pada tikus menyebabkan peningkatan sintesis dan dekarboksilasi glisin.
FDA mengatakan itu aman karena jumlah yang digunakan untuk mengawetkan makanan sangat rendah, tapi jangan pernah memadukannya dengan vitamin C atau E, karena hal ini menyebabkan benzena yang akan dibentuk. Ini berbahaya. Benzene adalah karsinogen diketahui, yang berarti menyebabkan kanker.
3. Penanggulangan Terhadap Dampak Pemakaian Natrium Benzoat
Semakin banyaknya isu terhadap bahaya bahan pengawet khususnya natrium benzoat menjadikan konsumen lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan, dan lebih memilih bahan-bahan alami yang aman bagi kesehatan. Pemakaian bahan pengawet berupa natrium benzoat harus benar-benar memperhatikan batas kadar pemakaiannya terhadap makanan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya efek negatif sebagai akibat konsumsi makanan atau minuman tersebut.
Penggunaan pada produk makanan diperbolehkan tidak melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm(Luthana,2008). Konsumsi terhadap makanan dan minuman lainnya yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat hendaknya memperhatikan besarnya kadar natrium benzoat yang terdapat dalam produk. Produk yang telah memiliki ijin dari badan kesehatan makanan dinilai lebih memberikan jaminan kelayakan untuk dikonsumsi. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan penumpukan bahan pengawet di dalam tubuh. Penyakit yang disebabkan mengkonsumsi natrium benzoat dalam jumlah besar berpengaruh dalam jangka yang panjang.
Untuk menaggulangi dampak yang disebabkan natrium benzoat seperti kanker, penyakit lupus, tekanan darah tinggi, edema (bengkak) dan degenerasi saraf segera ke dokter spesialis yang ahli dalam bidang tersebut. Agar dapat ditangani sesegera mungkin.
4. Langkah Memilih Makanan yang Aman untuk Konsumsi
Meski tidak semua bahan pengawet berbahaya namun hendaknya tetap berhati-hati. Bahan pengawet yang dikatakan aman, akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi melebihi dosis maksimum. Ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang. Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri
Berikut adalah beberapa cara untuk mengetahui aman atau tidaknya suatu produk makanan, yaitu :
1. Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mie, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya.
2. Mencicipi rasanya. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar.
3. Perhatikan kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kadaluwarsa.
4. Mencium aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
5. Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya.
6. Kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Pada beberapa orang bahan pengawet tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi.
7. Memastikan bahwa produk yang dikonsumsi telah terdaftar di BadanPengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bisa dicermati dalam labelyang tertera di kemasannya.
8. Kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet.
VI. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan dari makalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Natrium benzoat digunakan sebagai bahan pengawet dalam makanan dan minuman dimaksudkan untuk mencegah timbulnya bakteri dan khamir. Bahan ini di dalam tubuh bereaksi dengan asam amino glisin dengan hasil Hipurat yang akan dikeluarkan bersama urin.
2. Konsumsi makanan dan minuman dalam kemasan yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat secara terus-menerus akan berakumulasi dan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan antara lain penyakit lupus, edema, kerusakan pada sel, dan kanker.
3. Dampak akan bahaya konsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet natrium benzoat dapat dihindari yaitu dengan memperhatikan besarnya kadar natrium benzoat yang terdapat dalam produk. Produk yang telah mmiliki ijin dari badan kesehatan makanan dinilai lebih memberikan jaminan layak untuk dikonsumsi. Konsumsi yang terlalu sering sebaiknya dihindari karena akan menimnbulkan penumpukan bahan pengawet dalam tubuh.
4. Langkah pemilihan makanan yang aman dari bahaya bahan pengawet dapat dilakukan dengan memperhatikan keadaan fisik produk dari segi warna, rasa, bau, kesegaran, komposisi dan ada tidaknya ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang dicantumkan dalam kemasan produk.
B. Saran
Sebaiknya jika mengkonsumsi makanandan minuman, hendaknya harus lebih teliti dan bijak dalam memilih makanan dan minuman yang sehat. Karena saat ini sangat banyak makanan dan minuman yang dijual secara bebas dan mengandung bahan pengawet yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Bahaya Sodium Benzoat. http://www.spafromscratch.com/?p=4041. [9 Oktober 2012].
Eka Suryani N., dkk. 2009. Natrium Benzoat Sebagai Bahan Pengawet Minuman Isotonik. Universitas Negeri Malang Fakultas MIPA.
Faisal M., 2010. Natrium Benzoat. http://industri10yusup.blog.mercubuana.ac.id/2010/10/07/sodium-benzoat-oleh-faisal/. [9 Oktober 2012].
Nurcahyani. 2005. Analisis Kadar Natrium Benzoat dan Jenis Zat Aditif Pewarna Pada Saus tidak Bermerk di Pasar Dinoyo Malang (Online),(http://digilib.umm.ac.id/go.php?id=jiptummpp-gdl-s1-2005-nurcahyani-3390,.[3 Oktober 2012].
Puspitasari R. 2011. Natrium Benzoat.
http://riapuspitasari108002.blogspot.com/2011/12/profil-natrium-benzoat.html.
[3 Oktober 2012].
Kastanya, luthana. 2008. Natrium Benzoat
(Online),(http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/category/natrium-benzoat/, [3 Oktober 2012].
Siaka I.M., 2009. Analisis bahan pengawet benzoat pada saos tomat Yang beredar di wilayah kota denpasar. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. ISSN 1907-9850.
Siswoyo. 2007.Waspadai Penggunaan Pengawet Natrium Benzoat dan KaliumSorbat.
(online),(http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1172659584,64317. [ 3 Oktober 2012].
Suara Karya. 2006. Produk Minuman Isotonik Berpengawet . (online),(http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=160028. [3 Oktober 2012].
Tisnawati. 2005. Teknik penggunaan asam benzoat dan sodium benzoat Untuk memperpanjang lama peragaan bunga sedap malam. Buletin Teknik Pertanian. 10.
terima kasih teman, informasinya sangat bermanfaat bagi kesehatan kita (^_^)
BalasHapus